Hi 2016!!

Aloha!!

Long time no write nih, sekalinya menulis lagi sudah masuk awal tahun yang baru.

 

Tahun 2015 kemarin adalah tahun rollercoaster untuk saya. Tahun dimana saya pasrah soal jodoh dan fokus pada senang senang saja. Jika tahun 2014, adalah tahun ‘penemuan’ tentang apa yang saya inginkan, tentang definisi standar dan tujuan hidup, maka tahun 2015 adalah tahun penerimaan. Menerima keterbatasan diri, menerima kenyataan demi kenyataan dan menerima bahwa hidup hanya sekali, You Only Live Once, so live it now.

Tahun 2015 adalah tahun dimana saya lebih sering main untuk kegiatan personal. Mengenal orang dan pribadi pribadi yang tidak akan saya kenal jika saya tidak keluar dari lingkaran yang itu-itu saja.

Tapi tetap saja, di penghujung tahun  si anak yang lebih suka menghabiskan wiken leyeh2 di kamar dan baca buku ini akan kembali pada habitatnya. No more travelling, meski haus bepergian itu masih ada.

Hidup memang penuh kejutan. Saat sudah pasrah soal pendamping hidup, apalagi saat romansa sempat mendarat darurat karena kekeraskepalaan kedua pelaku, eh salah satu pemeran utama datang dan mengajak menikah. In a really serious tone and to be implemented as soon as possible.
Looking back, it is funny to see it now. How we had a quick wedding preparation, less than 3 months after the ‘permit’ from my parents, and 6 months after we agreed to get married.

Sejujurnya, kehidupan personal saya sejak Juli 2015 seperti berada dalam kondisi fast forward. Operasi kista, menyiapkan pernikahan, menikah, hidup nomaden, kadang di rumah mertua kadang di apartemen lantas kami dikaruniai janin sebelum genap 2 bulan menikah.

Manusia memang makhluk yang dapat beradaptasi, tapi saya harus akui bahwa itu tidak mudah. Apalagi dengan multiple adaptation. Bok, after years you lived alone, you have to live with spouse, in-laws and growing baby inside your uterus. And it happens in the nearly same time.

I said goodbye to all the expectation and those ideal condition I aspire and accepting that this is what I am and will going thru now. Dan ini memudahkan saya, memudahkan menerima lagi bahwa hidup saya memang harus seperti ini dan saya harus bersyukur, bersyukur bahwa suami saya pengertian, mertua dan ipar saya juga baik, dan alhamdulillah sudah dipercaya untuk segera menjadi mama.

On another note, karir saya stabil dan berjalan in a steady pace, a good balance between work and life. Saya masih bisa request business trip ke luar kota pas saya lagi bosen di kantor. Bos-bos saya juga sangat perhatian dan pengertian mengenai kehamilan saya yang pada trimester pertama membuat saya kepayahan.

Jadi 2015 cukup menyenangkan dan melelahkan buat saya. Semoga 2016 memberikan saya kejutan-kejutan manis and of course a change of pace will be good *LOL.

See you in the next post

  • January 18, 2016
  • 1