Workcation; MEDAN!


Setelah bulan November lalu, saya melakukan Business slash Family Trip ke Semarang. Kali ini saya terbang ke Medan buat #workcation. Saya tinggal 3 hari 2 malam di Medan dan sendirian 🙁

(Baca juga cerita FamilyTrip ke Semarang)

Ini bukan kali pertama saya ke Medan tapi kedua kalinya saya mendarat di Kualanamu. Waktu itu Bandara Kualanamu masih baru dibuka, masih belum keliatan megahnya.

Apa aja yang saya lakukan di Medan? Kerja dan makan. Aktivitas saya ngga terlalu banyak dan memang ngga berwisata juga karena obyek wisata di kota Medan kan terbatas ya.

Day 1

Meninggalkan Jakarta dengan penerbangan pagi bersama Citilink. Kali ini saya ngga beli green seat karena ngga bawa anak dan ngga lagi hamil. Jadi saya dapat selection seat random sekali, di 25F.

Rencananya sih begitu di pesawat saya mau buka laptop atau beresin draft blog si #RabuRiset. Tapi yang terjadi adalah saya sukses tertidur selepas lampu tanda sabuk pengaman dimatikan dan bangun pas mau landing.

Tiba di Bandara Kualanamu Medan, masih sempat foto replika Istana Sultan Serdang di Arrival Hall sebelum bergegas ambil bagasi. Kudos to Citilink Crew, karena pas saya sampai conveyor belt, bagasi sudah diunloaded jadi saya ngga usah nunggu lama.

Karena pertimbangan waktu dan bawaan saya yang ngga terlalu berat, saya langsung beli tiket Railink menuju stasiun Medan di booth tiket dekat conveyor belt. Harganya IDR 100 ribu. Setelah itu tinggal lurus ke arah stasiun kereta api bandara.

Replika tempat bersejarah

Perjalanan dari Bandara Kualanamu ke Stasiun Medan ditempuh kurang lebih selama satu jam. Sampai di stasiun Medan, saya bergerak ke luar menuju pangkalan taksi. Disana ada beberapa taksi dari beberapa provider. Saya memilih untuk naik Blue Bird supaya lebih terpercaya dan aman.

Tidak ada petugas Taksi, jadi penumpang bisa memilih sendiri taksi yang ingin dipakai. Cara ampuh menolak taksi lain selain blue bird, bilang saja kita pakai voucher ?

Dari stasiun Medan, saya langsung cuss ke Hotel Madani untuk check in dan simpan koper. Tapi zonk!! I’m not recommending this hotel, at all. Sayangnya saya sudah check in dan open card. Karena sudah ditunggu di tempat CLT, setelah simpan koper saya langsung pergi.

Di perjalanan dan tempat CLT saya berpikir untuk ganti hotel saja. Biarlah saya kena bayar 1 malam atau cancellation charge. I’d rather spend money than having to stay in that hotel. (Kenapa saya ngga merekomendasikan Hotel Madani? Tunggu post saya yang khusus membahas Hotel Madani ya)

Saya buka Traveloka Apps, lalu cek hotel apa saja yang available dan masuk budget. Kapok coba-coba, saya memilih hotel Hermes Place di Jl. Pemuda yang pernah saya tinggali back in 2013. Proses booking di Traveloka tergolong cepat. Tidak sampai 10 menit, voucher hotel sudah di tangan.

Urusan hotel sudah selesai, kok tetiba perut lapar ya? Saya pun segera ke Bakso Amat di jalan Juanda. Semenjak pertama kali ke Medan, dan dikenalkan bakso Amat ini oleh supir taksi blue bird yang saya tumpangi, ini jadi bakso favorit saya.

Selesai makan bakso, saya kembali ke tempat kerja sampai waktu makan malam tiba. Karena tidak terlalu lapar dan masih merasa segar, saya memilih untuk jalan-jalan terlebih dahulu sebelum ke hotel. Kali ini saya memilih untuk pergi ke Sun Plaza Medan.

Sun Plaza Medan ini adalah salah satu pusat perbelanjaan di Medan. Dilihat dari luas dan atmosfirnya, Mall ini mirip-mirip lah dengan Mall Taman Anggrek di Jakarta.

Sun Plaza Medan

Di sini, saya makan es krim di Fountain, masuk ke beberapa gerai yang sedang sale (H&M, Payless, Sogo), beli cemilan di Hypermart dan having impulsive beauty haul di Etude House.

Selesai jalan-jalan di mall, waktunya pulang ke hotel dan istirahat.

Day 2

Setelah tidur yang cukup nyenyak dan sarapan yang mengenyangkan di Hermes Place, saya pun kembali bertugas di Warnet di Jalan Halat. Karena sisa responden hanya tinggal 20an lagi, saya bisa selesai kerja lebih awal.

Inget sama titipan mba di rumah, saya pun pergi ke Pasar Sentral. Niatnya mau belikan daster, tapi kok ya sama aja dengan yang di Jakarta. Saya pun akhirnya beli blus katun etnik seharga 45ribu. Karena motifnya cukup bagus, akhirnya beli 7 untuk oleh-oleh orang rumah.

Pasar Sentral ini merupakan pasar grosir. Banyak toko yang menolak menjual eceran dan khusus buat grosir. Saya juga sempat masuk ke dalam pasar tradisionalnya. Sayangnya, pasar kurang tertata dan minim penerangan.

Untuk late lunch di hari kedua, saya memilih untuk mencoba Mie Ayam Kumango. Mie Ayam Kumango terletak di Jalan Mangkubumi, dekat sekali letaknya dengan hotel yang saya tinggali.

Awalnya sih saya ingin mencoba Nasi Kari Tabona, tapi setelah melihat ada menu Blood Cake, saya urung makan disitu karena takut ngga halal.

Selesai freshen up, saya kemudian keluar hotel lagi untuk beli oleh-oleh. Saya janjian dengan supir taksi Blue Bird yang saya naiki dari stasiun Medan, namanya Pak Saiful untuk mengantar saya berkeliling cari oleh-oleh. Pak Saiful ini pun dengan baik hati mau mengambilkan pesanan oleh-oleh kita keesokan harinya.

Berkenalan dengan driver di kota tempat wisata penting dilakukan menurut saya, karena mereka biasanya helpful dan kita bisa dapet local insight.

Oleh-oleh dari Medan apa yang saya pesan? Saya hanya bawa 3 jenis; durian Ucok, Bolu Meranti dan Bika Ambon.

Selesai beli oleh-oleh, saya kembali ke hotel dan makan nasi goreng Pemuda tepat di seberang hotel. Rasa pedasnya pas, tapi masih kurang gurih di lidah saya.

 

Day 3

Saya sudah dijemput pukul 8 pagi di hotel dan langsung cuss ke Bandara Kualanamu. Untuk kepulangan saya memilih menggunakan taksi karena bawaan sudah berat dan ngga praktis kalo bawa di kereta.

Saya sampai Bandara jam 9 pagi. Terlalu awal untuk flight saya jam 12 siang. Untuk check in saja, saya masih harus menunggu 1 jam. Terus saya kemana? Melipir ke starbucks dan beli segelas caramel macchiato dingin. Saya sempat tergelitik pas barista bilang “ini pake kopi ya kak”, lah ya iyalah pake kopi dan saya sempat bengong dibilangin begitu. Tapi baru kali itu saya pesan caramel macchiato dan disajikan dengan blended ice, bukan shaken. Rasanya lebih enyak.

Saya check in jam 10 dan antrian sudah cukup panjang. Bagasi saya kelebihan 5 kg dan harus bayar surcharge 25ribu per kg. Ya sudahlah, saya terima saja karena memang bawaan saya banyak. Kuesioner + oleh- oleh itu beratnya 20kg ??.

Selesai check in, saya cuma duduk di ruang tunggu, ngetik post ini, dan ke toilet. Anyhoo, I saw a lot improvement in Kualanamu. Ambiencenya sudah berasa di HKIA. Ruangan yang luas dan rapi. Sayang, fasilitas toilet kebersihannya kurang diperhatikan. Selain itu attitude orang-orang yang ngga mau antri juga bikin senewen.

Pesawat saya delay hampir satu jam dan tidak ada pengumuman sama sekali. Karena pengumuman aja ngga ada ya kan, jangan harap ada kompensasi. Mobilisasi penumpang ke pesawat saat boarding pun memusingkan. Kami diminta turun tangga dan naik bus, lalu naik tangga dan masuk pesawat lewat garbarata. Kenapa sih ngga diinfokan saja gate pesawat diubah?

Saya dapat duduk di 18A, yes it is window seat tapi entah kenapa bisingnya ampun-ampunan. Saya yang ngantuk dan pengen tidur malah ngga bisa bobo sama sekali. Turbulensinya juga berasa banget. Tapi saya suka pas announcement take off, pramugarinya ngajak untuk doa bersama ?.

Landing di Jakarta mulus, tapi bagasi keluar lama sekali. Ada sampai 30 menit saya baru bisa ambil bagasi. Next time, better stick to Citilink kali ya..

Sekian cerita saya dari Medan kali ini. Masih ada review hotel dan kuliner yang akan saya post setelah ini.

See you,
G

  • January 20, 2017
  • 4