Pengobatan untuk Psoriasis, Apa Aja Ya?

Sampai saat ini Psoriasis belum bisa disembuhkan, tapi bukan berarti tidak ada terapi untuk mengendalikannya. Seperti yang pernah saya tulis sebelumnya, pengobatan untuk psoriasis ini memang bermacam-macam, tapi yang perlu diingat adalah pengobatan yang cocok di satu orang, bisa jadi ngga cocok buat yang lain.

Disclaimer dulu ya, semua informasi dalam tulisan ini berasal dari pengalaman pribadi, hasil konsultasi dokter dan juga bacaan di internet. Informasi yang tercantum tidak dimaksudkan sebagai pengganti resep obat atau konsultasi dokter. Jika kamu merasa memiliki psoriasis (bercak merah, bersisik dan gatal) maka segera konsultasikan ke dokter agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Pengobatan Psoriasis

Well, secara medis setidaknya ada 3 metode pengobatan Psoriasis; Obat Topikal, Fototerapi, dan Sistemik. Obat Topikal adalah salep yang kita gunakan di wilayah yang terkena Psoriasis. Fototerapi adalah salah satu jenis pengobatan dimana tubuh kita akan disinar dengan sinar UV. Di Jakarta kabarnya hanya 3 rumah sakit yang menyediakan layanan Fototerapi; RSCM, RS Tarakan dan Sammarie. Selanjutnya adalah pengobatan sistemik baik melalui obat yang diminum maupun injeksi.

Untuk obat topikal, biasanya yang diresepkan adalah obat golongan kortikosteroid. Saya sendiri sudah pernah mencoba 3 jenis obat kortikosteroid; Mometasone Furoate 0.1% alias si Elocon. Bethamethasone Dipropionate (Bethasone, Betametason) dan Clobetasol Propionate (Kloderma). Satu lagi yang pernah saya pakai adalah Calcipotriol dengan merek dagang Daivobet. Daivobet ini isinya combo calcipotriol dan bethamethasone.

Elocon lotion sangat membantu karena tinggal tetesin aja di kulit kepala. Pas awal pemakaian rasanya perih sih, tapi ngga lama kok, dan waktu itu cukup ampuh di kulit kepala. Sayangnya, Elocon cream ngga terlalu berpengaruh buat saya.

Bethamethasone dan Clobetasol adalah dua jenis obat topikal yang paling sering saya gunakan 3 tahun belakangan ini. Daivobet, isinya bethamethasone dan calcipotriol, adalah yang paling cepet efeknya di saya, tapi mahal. Harganya sekitar Rp 300.000 – Rp 400.000 untuk ukuran 15g yang kira-kira habis dalam satu minggu. Saat ini sih saya menggunakan Kloderma dan ada salep racikan juga. Efek dari kloderma ini ngga secepet Daivobet, tapi harganya cukup terjangkau dan ngga bikin perih berkepanjangan di badan.

Baca Juga: Saya dan Psoriasis

Fototerapi adalah salah satu treatment yang juga direkomendasikan oleh dokter saya, tapi saya belum pernah coba. Why? I don’t have time. Dokter merekomendasikan untuk melakukan fototerapi 3x seminggu. Mind you, fototerapinya mungkin hanya sebentar, tapi proses daftar dan antri itu yang belum terbayangkan, apalagi RS terdekat dari rumah adalah RSCM atau Tarakan. Dua-duanya RS pemerintah yang kita tahu selalu banyak pasien. Lagipula mana enak izin dari kantor sampe 3x dalam seminggu gitu, mau ambil cuti pun kok rasanya sayang, cutinya buat jaga-jaga pas ada yang urgent atau buat liburan aja.

Pengobatan sistemik adalah pengobatan dari dalam, bisa menggunakan obat oral atau injeksi. Untuk obat oral atau yang diminum ada alternatif yang diterangkan oleh dokter; Methotrexate, Siklosporin, dan Neotigason. Methotrexate (MTX) dan Siklosporin masuk dalam immuno-supressant. MTX biasanya digunakan untuk mengobati kanker dan siklosporin pada pasien yang menerima transplantasi. Neotigason sendiri masuk dalam retinoid. Penggunaan obat-obatan ini harus sesuai resep dokter karena memang resikonya sangat besar. Ketiga obat ini juga tidak boleh digunakan untuk wanita hamil dan menyusui.

Selain itu ada pula Biological Agent. Dari beberapa dokter yang saya temui, mereka cukup merekomendasikan untuk melakukan injeksi dengan Biological Agent seperti Secukinumab, tapi harganya cukup fantastis sampai puluhan juta. Untuk yang punya asuransi sih boleh dicek, kira-kira asuransinya cover ngga untuk injeksi Biological Agent.

Pengobatan Psoriasis

Saat ini saya sedang dalam pengobatan MTX. Hingga bulan Juni ini, saya berarti sudah mengkonsumsi MTX selama 6 minggu. Apakah hasilnya terlihat? Alhamdulillah, bercak merah sudah mulai menghilang di beberapa bagian. Di bagian tangan sudah mulai bersih, sedang di bagian lain mostly tinggal pemerataan kulit saja. Karena pengobatan dengan MTX ini, maka pastikan supaya tidak hamil dan saya pun memang sudah tidak memberikan ASI pada Fath.

Buat saya hasil dari 6 minggu ini sudah cukup melegakan sih, namun buat dokter saya hasilnya lambat makanya dosisnya dinaikkan. Tetapi menurut yang saya baca, butuh hingga 6 bulan untuk mencapai remisi total.

MTX ini adalah salah satu obat terkeras yang pernah saya minum. Efek samping yang sangat berasa adalah drowsiness alias kliyengan dan mual-mual. Awal-awal menggunakan MTX rasanya lemes banget, sampe akhirnya izin sakit dari kantor, soalnya jadwal saya minum MTX itu hari Rabu. Buat pekerja yang mau start treatment ini, lebih baik minum di hari libur deh, supaya bisa istirahat tanpa terbebani pekerjaan.

Efek samping yang cukup heboh ini sebetulnya ngga lama kok, setelah 2 -3 kali minum, sepertinya badan udah mulai beradaptasi, jadi di jadwal setelahnya mualnya ngga terlalu kuat. Paling kliyengan dan lemes aja.

Oh iya, sebelum dan setelah minum MTX , kita juga akan menjalani tes darah untuk mengetahui fungsi hati, soalnya obat ini berpengaruh pada fungsi hati. Untungnya tes darah untuk fungsi hati ini ngga terlalu mahal, hanya Rp. 120.000 – Rp 150.000 di rumah sakit.

Selain MTX, dokter juga meresepkan Asam Folat untuk menangkal efek samping dari obat satu ini. Asam folat sendiri diminum 24 jam setelah minum MTX.

Harganya berapa? Harga MTX sangat terjangkau kok, sekitar Rp. 2.000 – Rp. 4.000 per tablet. Pokoknya saya beli di Apotik Rini untuk satu resep MTX dan Asam Folat hanya sekitar Rp 60.000. Mungkin karena MTX yang saya beli adalah obat generik, lha wong obat ini sudah digunakan berpuluh tahun lamanya untuk pengobatan kanker, jadinya versi generiknya sudah keluar.

Tapi kita ngga bisa self-medicated dengan MTX ya, harus banget banget konsultasi dengan dokter. Resiko pengobatan MTX untuk psoriasis menurut saya cukup besar, kalo dosisnya terlalu banyak malah bisa bikin lewat. Jadi mending ke dokter dulu aja, biarkan yang ahli menimbang faktor resiko versus benefitnya.

Bagaimana dengan pengobatan alternatif? Hmm, saya hanya pernah coba dengan rebusan bawang dayak dan patrawali. Ini cukup membantu untuk mengurangi gatal. Tapi perlu dicatat pengobatan alternatif dengan menggunakan obat herbal ini efeknya ngga langsung ya. Setelah minum teratur selama 1 minggu baru gatalnya menghilang. Jadi meminum obat herbal bagusnya untuk menjaga kesehatan aja.

Next post saya akan bahas tentang trigger dan tips mengendalikan psoriasis ya..

See you,

  • July 1, 2019
  • 33