Tentang Mengenalkan Harga pada Anak
Pagi ini, di perjalanan menuju tempat kerja saya scroll IG, lalu menemukan posting tentang tidak memberitahukan harga pada anak, karena takut membentuk price-tag mentality. Memberikan persepsi bahwa mahal itu bagus lalu kemudian melekatkan konsep diri pada harga.
Saya memahami kekhawatiran tersebut. Gimana kalo nanti pas gede anak-anak jadi materialistis dan memandang sesuatu dari harganya saja. Tapi buat saya memilih untuk tidak memberitahu anak tentang termin mahal murah juga kurang pas.
Saya pribadi mengenalkan konsep mahal murah ke anak. Awalnya memang ga sengaja tercetus ketika cici F menginginkan sesuatu yang selain nominal rupiahnya maksimal, manfaatnya pun minimal. Saya bilang bahwa itu harganya mahal dan dipakenya pun ga seberapa. Sesuatu itu adalah princess gown lengkap dengan renda dan aksesoris. Bingung kan mau pake baju itu kemana ketika kita ngga ke pesta?
Dari situ, cici F suka bertanya “Ma, ini mahal atau murah?” Atau bilang “Ma, beli ini ma, kan ini murah”. Dan disini adalah kesempatan untuk lebih banyak ngobrol soal pertimbangan beli sesuatu itu bukan cuma harga. Jangan karena harga murah lalu dibeli (padahal ibunya juga suka kalap liat diskon yekan).
Pernah suatu kali cici F minta mobil-mobilan yang besar, yang bisa jalan karena ada aki. Saya ajak ngobrol waktu itu, saya tanya mau dipake dimana, rumah kita bukan di gated community yang relatif lebih aman dan sepi dari kendaraan, kalo main di dalam rumah, kan tidak leluasa. Lalu soal penyimpanan, mau disimpen dimana karena rumah udah banyak barang. Setelah itu yang terakhir adalah saya ajak lihat mobil seperti itu di marketplace dan harganya juga cukup lumayan. Akhirnya dia paham bahwa selain mahal, bingung juga mau main dan simpan dimana.
Saya cukup terbuka mengenai keuangan kepada anak-anak meski mereka masih balita. Ketika mereka menginginkan sesuatu saya biasanya bilang “Kalo bulan ini, mama papa ga ada uangnya, nanti mungkin bulan depan atau beberapa bulan lagi mama sama papa punya uangnya” atau “kita nabung dulu yuk, biar bisa beli” atau kalo minta sesuatu di tengah bulan dan saya mau beliin biasanya bilang “Nanti ya tunggu mama gajian atau tunggu invoice papa cair” yang mana setelah itu mama papanya disuruh kerja.
Menurutku yang penting itu bukan soal menutupi mahal murah suatu barang, tapi bagaimana kita melekatkan makna sebuah barang. Hayo berapa kali kita berpikir atau terlontar “Aduh, jangan dibanting-banting dong nak mainannya, kan mahal” atau “Aduh, sayang ya kalo ini dikasihin ke orang atau dibuang kan mahal” atau “Oh gapapa lah rusak juga, murah ini”. Celetukan atau sikap seperti ini yang menurutku akan membuat persepsi anak jika mahal=eksklusif=bagus.
Dipikir-pikir, mendidik anak soal memaknai sesuatu itu adalah hal yang sulit. Karena sangat multidimensi. Ketika mau beli sesuatu kita meminta mereka untuk mempertimbangkan semua sisi, tapi di sisi lain ketika kita diberikan sesuatu, kita mengajarkan anak anak supaya tidak menilai dari harga, bentuk atau kegunaan. But what is easy in parenting, anyway?
Kasus lain mengenai price-tag adalah bagaimana ketika seorang anak sudah premium brand oriented, that they only respected people who wear certain brand. To be honest, agak wow sih ya..
Tapii pemikiran dia ini dapet darimana sih?
Tontonan? Lingkup pergaulan yang mayoritas premium brand user? Atau mencuri dengar percakapan keluarga ketika membicarakan sebuah brand? Lalu apakah solusinya sama sekali tidak memperkenalkan brand sama anak?
Atau sebetulnya anak-anak merasa kalo bukan brand tertentu itu ga oke karena sesimple mereka ngga tau soal brand lain? Because sometimes, as adult, we overcomplicate some things.
Okay, kembali pada masalah memberitahukan harga pada anak, mengenalkan murah mahal buatku tetap penting. Karena ini merupakan suatu keniscayaan, they will get to know this as long as they know people in diverse economic situation because cheap or expensive is based on financial situation. Tapi perlu diimbangi dengan banyak ngobrol sama anak.
Ngobrol apa aja? Banyak, dari soal kualitas barang, manfaat, dan bagaimana harga barang yang dipakai tidak mendefinisikan seseorang. Juga sedikit memberikan pemahaman bahwa ada juga frase mahal yang berarti untuk beli harus nabung dulu atau terlalu mahal yang berarti kita ngga usah beli.
Memang mengasuh anak ini perlu banyak ngobrol ya ternyata..
See you in the next post,
P.S. Cici F sempat melihat draft tulisan saya sekilas dan celetukan pertamanya adalah “Iya dong, harus tau harga, biar nanti kalo udah dewasa bisa jadi kayak mama-mama, bisa belanja”
Saya jadi iseng tanya tentang harga murah dan mahal buat dia, jawabannya cukup bikin saya tertawa. “Kalo beli barang mahal nanti uangnya abis, tapi kalo beli barang murah tapi banyak ya habis juga” Lalu dia kemudian bilang juga “Kalo kerja harus fokus, biar dapat uang banyak, nanti bisa belanja, tapi harus ada yang ditabung juga”. MasyaAllah Tabarakallah.
Waaw pinterr cici dan mommynya juga pinter mengajarkan arti mahal murah sejak dini dan memang itu sangat di perlukan. Anak anak itu mudah banget di kasih penjelasan.
Iya, bagus malah sedini mungkin anak2 tahu mana barang mahal dan murah termasuk cara memperoleh uang supaya bisa belanja produk tertentu terutama yang disukainya. Kalau mau barang bagus ya kudu kerja keras dulu, jangan lupa sisihkan untuk lain2nya dan menabung.
Ini semacam edukasi seputar financial planning sejak dini ya Mak.
Memang jadi ortu tuh banyak banget to do list-nya
salah satunya ya ini, ngobrol seputar finance dan value barang sama nak kanak, secara bijak ofkors.
Setuju…dikenalkan sejak dini biar paham konsep harga ini. Makin besar nanti makin diperluas, msialnya kapan barangnya harus dibelikan yang mahal karena memang kualitasnya yang kita harapkan, dst
Sehat selalu Mommy dan Cici F
Setuju banget dengan kalimat ‘mengasuh anak perlu banyak ngobrol’. Terkadang orangtua enggan menjelaskan ke anak karena dianggap anak masih kecil. Gak ngerti apa-apa. Padahal kitanya sebagai orangtua yang menyesuaikan dengan pola pikir anak. Bisa dimulai dari obrolan sederhana.
Saya pun termasuk yang mengenalkan harga ke anak. Gak pernah ada kepikiran akan membentuk ‘price-tag mentality’. Ya memang kembali ke kitanya juga tentang cara mengenalkannya.
Aku juga suka ngenalin mahal dan murah juga ke anak mba. Aku suka bilang ” teh makanan itu harganya mahal terus isinya sedikit. Sayang uangnya”. Terus kalau dia minta dibeliin sesuatu aku suka ajak dia nabung dulu atau tunggu ayah gajian dulu. Bukannya karena ga ada uang tapi pengen aja ngajarin anak nabung dan belajar besabar. Terus kalau beli sesuai kebutuhan aja. Gapapa kali kali beli sesuai keinginan asal jangan keseringan. Biar anak bisa belajar skala prioritas juga
Setuju. Mengenalkan anak pada harga barang juga penting termasuk hal yang mengikuti lainnya. Terus aku sering bilang kalau mau beli sesuatu harus ngumpulin uang dulu. Jadi gak asal minta apa aja
setuju saya juga begitu sebab ke dapan kita tidak tahu, anak tidka akan selamanya bersama kita, dia juga harus bisa mengurus diirnya sendiri dan bisa mengatur keuangannya sendiri. Saya juga sering mengajak anak nabung duku untuk beli sesuatu apalagi yang mahal
Mengenalkan “harga” ke anak penting sekali menurut saya mbak, salah satunya agar anak bisa menghargai uang.
Nah iya Mbak, anak-anak memang harus dikenalkan konsep nilai sebuah barang. Bukan hanya dari harganya saja tetapi juga harus dipertimbangkan mengenai kegunaannya.
Iya mengasuh anak itu banyak ngobrolnya hahaha. Apalagi nanti kalo anaknya udah abege obrolannya lebih advance lagi hahaha. Tapi kalau kita terbiasa open discus sejak mereka kecil kita akan terbiasa dengan obrolan yang lebih dewasa nantinya
Setuju banget untuk mengenalkan anak-anak mengenai keuangan. Tapi kembali lagi, mahal atau murah ini bukan sebuah ukuran baku. Jadi iya itu bener yaa…kudu diliat manfaat barang untuk jangka panjang. Kalau mahal tapi ternyata lifetimenya lebih long lasting ya..lebih bagus. Daripada murah tapi cepat rusak.
Jadi memperkenalkan harga pada anak itu relatif ya mba mahal atau enggak, intinya dari kecil kita sudah menjelaskan barang yang dibeli dibutuhkan atau enggak
Aku setuju nih.. mengenalkan harga pada anak menurutku hal wajar. Tapi sesuai konteksnya juga. Nggak semata urusan harganya tapi bagaimana dia bisa bijak dalam membuat pertimbangan saat membeli barang.
Anakku udah mulai mengenal uang nih. Dia udah tau cara jajan soalnya hahaha. Tapi dengan begitu, lebih mudah diarahin karena dia bisa menilai mana yang murah dan mana yang mahal. Jadinya semangat nabung buat beli yang mahal (ex: track Hot Wheels) hehehe.
Memang mengenalkan harga ke anak itu, dimulai dari kebergunaan dan fungsi barang itu buat si anak, ya mbak. Jadi mereka tahu, barang itu pentinf atau tidak, meskipun murah atau mahal
PR-ku banyak sekali ini sebelum jadi ortu. Duh mana aku yang masih punya mindset ini juga “Oh gapapa lah rusak juga, murah ini”. Haha. Punya anak memang harus siap bisa mengajarkan banyak hal termasuk urusan harga gini.
Mengenalkan harga penting dilakukan sejak dini ya. Akupun sama mba, pas anak-anak masih kecil suka menerangkan soal harga, dan pentingnya nabung. Supaya terbiasa juga sampai besar.
Mengenalkan harga penting dilakukan sejak dini ya. Akupun sama mba, pas anak-anak masih kecil suka menerangkan soal harga, dan pentingnya nabung. Supaya terbiasa juga sampai besar. Malah sekarang anakku kalau mau beli sesuatu suka tuh mba membandingkan harga dengan uang yang mereka miliki,
Wah sama mbak, aku juga kalau ngobrol kadang juga bahas soal mrah mahal harga ini berapa iniitu berapa, meski mahal murah itu relatif, tapi mereka perlu mengetahui standar kebutuhan kita masing-masing dan disesuaikan dengan kebutuhan. terpenting lagi mereka tahu bahwa belanja itu harus sesuai kebutuhan bukan sesuai keinginan
Alhamdulillah si sulung saya juga sudah paham soal harga dan mata uang. Pernah suatu hari dia menangis karena harga yang diinginkan di sebuah toko tidak cukup dengan uangnya. Jadi saya ajak dia nabung lagi.
Indeed mba aku.seyuju d engan eberapa.poin yang smapean sampaikan itu mengasuh anak jtu ya perlu banyak.ngobril anak akan paham dengan kita mana kala kita intens kokunikasi
Sepakat, aku juga selalu menyebutkan harga ke anak. Justru itu bisa mengenalkan financial ke mereka. Mahal murah itu relatif untuk setiap keluarga. Dan gpp. Justru mereka jadi belajar mengatur keuangan, misalnya gimana caranyaa ngatur uang saku supaya barang mahal impiannya bisa terbeli.
Malah harus dikenalkan sih menurut saya. Biar anak bisa menghargai sesuatu juga. Terus dijelaskan juga mengapa barang a bisa lebih mahal dari barang b. Tap tentunya disesuaikan dengan usia dan pemahaman anak
Wah pinter cici.. sudah memgenalkan konsep mahal dan murah pada anak keren mbak. Aku belum.. anaknya belum nanya2 juga. Cuma kalau ingin sesuatu yang harganya lumayan di kantong aku selalu ajak dia untuk nabung dulu.