Tes Medis buat Twinnies
Sesuai janji di post lalu saya akan ceritakan tes untuk Twinnies F. Fa dan Fi sudah menjalani beberapa tes di usia yang belum genap 6 bulan. Selain tes screening newborn bawaan dari RS, kami pun sudah membawa Twinnies untuk pemeriksaan lanjutan.
Screening newborn yang dulu zaman Cici F dan Aa F hanya tes bilirubin sebelum dibawa pulang, saat Twinnies F bertambah. Selain tes bilirubin juga ada tes OAE untuk telinga dan tes TSH untuk screening Tiroid.
Hasil OAE twinnies F di usia 3 dan 10 hari tidak menggembirakan, Fa refer di kedua telinga dan Fi pass di telinga kanan namun refer di telinga kiri. Oh ya, refer berarti tidak ada gelombang yang dihasilkan oleh sel rambut halus di luar rumah siput yang berindikasi bahwa rumah siput bekerja dengan baik.
Karena hasil tes masih refer, kami disarankan untuk melakukan BERA di usia 3 bulan, namun di rumah kami gencar menstimulasi Twinnies F, di usia 2 bulanan respons mereka terhadap suara bagus, pun respons mereka terhadap bisikan. Dari newborn, jika mendengar suara keras moro refleks mereka bagus, dan di usia 4 bulan, kakak-kakaknya berisik sedikit saja mereka bisa terbangun dari tidur. Melihat hal ini, kami belum jadi melakukan tes BERA apalagi menurut dokter karena melihat respons yang cukup bagus, jadi tes BERA tidak terlalu urgent. Fa dan Fi pun sudah menengok ketika namanya dipanggil baik suara biasa, halus maupun keras.
Tes TSH untuk screening tiroid sendiri sudah kami lakukan 4 kali untuk Fa, dan 3 kali untuk Fi.
Kok bisa beda? Begini ceritanya.
Tes TSH pertama untuk twinnies F dilakukan saat usia mereka baru 3 hari, disitu TSH Fi normal dan TSH Fa tinggi sehingga ada kecurigaan hipotiroid kongenital.
Saat usia 10 hari, kami melakukan tes darah lagi karena mereka tampak kuning sekaligus mengecek TSHs dan FT4 untuk melihat apakah ada hipotiroid atau ngga.
Hasilnya TSH dan FT4 Fi normal, sedangkan TSH Fa tinggi namun FT4 normal, akhirnya Fa dirujuk ke spesialis endokrin.
Setelah mencari jadwal dokter, kami memutuskan untuk ke datang ke Prof. Jose yang saat itu jadwal praktek tercepatnya adalah di RSCM Kencana, dengan bantuan teman L yang kerja disana akhirnya kami didaftarkan langsung dan dapat jadwal keesokan harinya. Kami memang menyegerakan konsultasi ini karena hipotiroid kongenital harus diobati sedini mungkin.
Prof. Jose kemudian meminta kami untuk cek TSH dan FT4 lagi karena beliau kurang percaya dengan hasil lab sebelumnya. Sebetulnya kami, apalagi L, agak trauma sih melihat bayi kami diambil darah, apalagi pas ambil darah di Rumah Sakit itu ditusuk berulang kali karena ngga dapet-dapet bahkan sampe harus dijadwalkan ulang 2 hari setelahnya.
Kami dirujuk ke Prodia Child Lab di Kramat Jakarta Pusat dan Alhamdulillah, meski harus ditusuk 2 kali tapi kali ini less traumatized.
Hasilnya TSH masih agak tinggi meski trennya menurun, FT4 normal. Sehingga menurut Prof. Jose, Fa tidak perlu konsumsi obat. Namun tetap disarankan untuk cek berkala.
Usia 2 bulan, twinnies cek tiroid lagi di Prodia, kali ini proses ambil darah cepat dan painless, twinnies sampai tidak menangis, dan Alhamdulillah hasil TSH dan FT4 normal. Tes tiroid lagi nanti di usia 12 bulan.
Jadi untuk parents yang bayinya mau melakukan tes darah, saya rekomendasikan sekali untuk datang ke Prodia Child Lab karena suster yang ambil darah sepertinya sudah sangat terlatih mencari nadi bayi yang biasanya tipis. Harga tes TSH dan FT4 di Prodia saat itu sekitar Rp 810.000 per bayi. Untuk biaya konsultasi dokter di RSCM Kencana kalo ga salah sekitar Rp 600.000 dan di RS Hermina Jatinegara sekitar Rp. 510.000.
Selain tes tiroid, twinnies juga menjalani echo jantung di RSJP Harapan Kita. Kenapa echo? Awalnya sih kami tidak memasukkan echo di list of test karena tidak ada indikasi bising. Namun, terapis Twinnies tetap mengharuskan twinnies untuk echo karena keadaan jantung akan mempengaruhi aktifitas terapi.
Akhirnya kami ke RSJP Harapan Kita dan bertemu dengan dr Olfi. Saya sengaja memilih poli eksekutif dengan harapan tidak antri lama, tapi ternyata poli eksekutif pun penuh, kami antri lama untuk screening EKG, berat dan tinggi badan. Yha, gimana ya, semua pasien disatukan di sebuah ruangan untuk melakukan screening tersebut.
Hasilnya, Fa ada ASD sekundum kecil, dan Fi ada ASD sekundum kecil dan PDA 2.5mm. Agak tegang juga setelah itu. Apalagi kan untuk menutup PDA diperlukan tindakan kateterisasi.
Oh ya untuk Echo jantung di RSJP Harapan Kita Poli Eksekutif menghabiskan Rp. 1.750.000 untuk satu anak, sudah termasuk jasa dokter dan uang pendaftaran.
Ketika Fi 6 bulan, saya menghubungi RSJP Harapan Kita lagi untuk membuat janji, dr Olfi ternyata sedang pelatihan dan baru bisa praktek lagi di bulan Agustus. Akhirnya saya mencari Rumah Sakit lain karena jadwal di RSJP atau RSIA Harapan Kita ngga ada yang cocok. Pilihan dijatuhkan ke RSCM poli kardiologi anak di PJT (Pelayanan Jantung Terpadu) dengan Dr Rubiana.
Saya datang pagi sekitar jam 7 pagi, untuk mengambil antrian yang baru dibuka pukul 8. Saat itu sudah mengantri cukup panjang tapi memang antrian BPJS dan Non BPJS dibedakan. Alhamdullilah dapat no 3. Saya kemudian balik lagi ke rumah untuk menjemput Fi dan bersama dengan L ke RSCM. Saya sangat tidak merekomendasikan bawa mobil sendiri ke RSCM apalagi kalo cuma sendiri. L kesulitan cari parkir sampai akhirnya saya turun sendiri dengan Fi dan langsung ke Poli.
Alhamdulillah wa syukurillah, pemeriksan Fi kali ini membawa kabar positif. ASD sudah menutup. PDA sudah sangat kecil dan disebut non signifikan, bahkan dokternya harus bikin Fi nangis dulu biar nemu lubang kecil non signifikan itu. Kami hanya harus check up Fa dan Fi saat usia mereka 18 bulan.
Biaya Echo jantung di RSCM PJT Poli Kardiologi Anak adalah sebesar Rp 1.075.000 sudah termasuk jasa dokter, tapi saya lupa ini sudah termasuk biaya pendaftaran apa belum.
Jika ditanya apakah lebih enak echo di RSCM atau di RSJP, buat saya sama saja sebetulnya.
Enaknya di poli eksekutif RSJP, dokter praktek jam 2 siang jadi kita bisa cuti setengah hari, dan bisa appointment by phone, parkir pun memadai ya, kalo ngga kebagian di lapangan parkir bisa juga di gedung parkir. Lalu hasil echo cenderung lebih lengkap sih diterangkan semua sampai tekanan pulmonary dll. Hanya saja ngga enaknya ya pas screening EKG, berat badan dan suhu karena semua pasien disatukan di satu ruangan dan harga yang lebih mahal.
Nah kalo di RSCM, selain lebih dekat dari rumah, harga juga lebih murah dari RSJP poli eksekutif. Hanya saja harus antri lebih pagi dan lebih susah parkir. Tapi InsyaAlloh untuk cek berkala usia 18 bulan, kami akan kembali ke RSCM dengan dr Rubiana. Selain pembawaan dan penjelasan dokternya yang enak, tentu harus mempertimbangkan selisih harga yang lumayan, apalagi untuk dua bayi bersamaan.
Nah, sebetulnya untuk tes yang kami lakukan di atas seperti tes tiroid dan Echo jantung, itu semua bisa dilakukan dengan BPJS. Tapi memang harus sesuai dengan prosedurnya, sepengetahuan saya, kita harus meminta rujukan dari faskes 1 untuk dokter anak, nah dari dokter anak biasanya diberikan rujukan lagi untuk melakukan tes tiroid atau rujukan ke dokter jantung untuk echo jantung.
Kenapa twinnies ngga pake BPJS saja? Sebetulnya kami ingin sekali, tapi karena ketidakleluasaan waktu, kali ini kami masih menggunakan biaya pribadi.
Doa kami sih semoga semua tes screening ke depannya membawa hasil yang positif. Amiin.
See you on the next post