Ssst! Ini Rahasia Supaya Keluarga Bahagia

Sebagai orang tua, kadang kita melupakan bahwa yang tinggal bersama kita adalah satu individu independen, either itu pasangan atau anak-anak kita. We focused so hard on being parents. We forget that we have our own multiple roles. We forget that people living in the same household also has their own multiple role.
Makanya kita ngga bisa semaunya sendiri, dan harus bisa adaptasi dengan semua penghuni rumah. Adaptasi ini bisa terefleksikan dari bagaimana kita membagi tugas rumah tangga.
Bagaimana untuk membagi tugas rumah tangga yang sesuai dengan semua anggotanya? Saya ngerti banget, sebagai ratu di masing-masing rumah, kita pengennya ngatur kan siapa ngerjain apa, tapi ssst, bisa kok kita kompromi dengan semua anggota keluarga, termasuk anak-anak tentang apa yang ingin mereka kerjakan. Dengan melakukan hal ini, dimana anak -anak bisa memilih sendiri apa yang ingin mereka kerjakan, mereka biasanya lebih bersemangat dan lebih bertanggung jawab terhadap tugas rumahnya.
Being adaptive is in line with being agile, and being agile family means more success and happier family, at least menurut penulis buku ini.
Pun halnya dengan dekorasi rumah, ini pernah saya bahas di posting sebelumnya tentang pengaturan fungsi ruang. Intinya adalah kita bisa mendekor ruangan sesuai siapa yang akan beraktivitas di ruang tersebut. Dekorasi sesuai tipe personaliti penghuni rumah juga cukup penting supaya rumah makin nyaman.
2. Family Communication
Komunikasi memang penting, heck, I spent 5 years on college to study communication. Dalam keluarga pun komunikasi menjadi penting, bukan hanya komunikasi satu arah tentang bagaimana memberikan petuah kepada anaknya, tapi bagaimana membangun komunikasi dua arah dimana anak dan orang tua bisa mengerti dan memahami keinginan antara satu sama lain.
How to build an effective communication? Eksperimen pertama dan yang cukup mengena di saya adalah Family Meeting, semacam pertemuan mingguan untuk membahas apa yang terjadi dalam satu keluarga seminggu itu. What went well, and what went wrong so we could improve it? type of meeting.
Di budaya kita yang cenderung otoritatif, family meeting ini sepertinya berat dilakukan ya. Karena disini anak bisa mengkritisi orang tua secara bebas for any mistakes they do that week. But the idea of how we could talk for several minutes, once a week is such an interesting idea for me. Apalagi ketika anak-anak sudah beranjak remaja, so we know their life updates kan.
Trik kedua adalah family dinner. Ih makan malem doang apa istimewanya sih? Tapi diakui atau tidak, kayaknya sekarang family dinner udah mulai jarang dilakukan ya? Anggota keluarga biasanya makan di jam masing-masing, sekalinya ngumpul tangan dan mata tak lepas dari layar (I’ve been guilty for both of these issues), padahal penting loh si family dinner ini karena dari situ kita bisa berinteraksi dengan hangat sama semua anggota keluarga.
A recent wave of research shows that children who eat dinner with their families are less likely to drink, smoke, do drugs, get pregnant, commit suicide, and develop eating disorders. Additional research found that children who enjoy family meals have larger vocabularies, better manners, healthier diets, and higher self-esteem.
Hmm, such an appealing findings kan?
Kesulitan bikin family dinner? Bisa kok mengganti family dinner dengan kumpul-kumpul di pagi hari atau sore hari. the important thing is semua anggota keluarga ada.
3. Family Value
Poin ketiga ini adalah poin yang sangat mengena di saya. I always have a thought about family values. Dan membaca buku ini semakin mengukuhkan bahwa defining family values is important too.
What is your family statement? What makes us different as the family? adalah dua hal yang saya pikir menarik dan perlu didiskusikan dengan keluarga. Karena setelah itu, akan lebih mudah untuk mengarahkan tindakan mana yang ok dan tidak ok sesuai dengan family values yang dimiliki masing-masing.
From what I see and recognized, difference on family values would affect the family financial budget. Of course lah ya.
Yang lebih menyenangkan lagi, jika kita punya family statement tentang nilai-nilai keluarga yang kita miliki maka anak-anak kita nanti ngga tebak-tebak buah mangga atau menganalisa sendiri what is their family values.
Ide-ide ini menarik untuk diimplementasikan, ya ngga?
Pencerahan untuk membuat dinamika keluarga makin smooth dan semoga bisa membuat keluarga happy.
My advice is this, baca buku ini berdua dengan pasangan kamu dulu. Get her/his on the game sebelum proposing ideas to kids. Sayangnya ngga semua pasangan suka baca dan bisa menerima ide-ide ini.
Saya pas ngobrol sama L tentang family values malah diketawain karena saya lucu kalo lagi serius katanya, dan menurut dia family values sudah sangat jelas, yakni si kitab suci. Tapi kan itu perlu diturunin lagi kan ya? Kitab suci itu pedoman hidup, dan mendefinisikan family values ke pedoman hidup kok rasanya idealis sekali.*exasperated*. But no worries, I will always try to bring the value making convo to the table.
So, I rate this book 5 out 5. Really recommended.
See you on the next scriptake! Abis ini review buku fiksi lagi kok ahahaha.
Duh.. Duh kayaknya bukunya mencerahkan banget yah…
Family adaptation : sesungguhnya ada masa2 suram ketika aku pernah terlalu asyik jadi ibu sehingga terkadang lupa jadi istri hahaha ini seriusan pernah terjadi dan kita emang harus adaptasi terus sih.
Iya emang suka lupa kalo hidup itu multi peran, makanya buku ini cukup mencerahkan tanpa membuat kita merasa inferior.