Scriptake; To Laugh Well
Buku ini adalah buku pertama yang saya baca dari awal sampai akhir di 2019. Bukan buku left-over dari 2018. To Laugh Well karya J.C Alaimo ini saya kira awalnya akan menjadi bacaan ringan seperti buku dengan genre young adult lainnya. Tapi buku ini ternyata meninggalkan kesan yang cukup mendalam di pikiran saya.
The Book
Alexander Biden dreamed of new beginnings that only leaving for college could deliver. But when an unexpected visitor shows up the weekend he moves to Augustine University, he becomes uncontrollably anchored to a haunting past.
While new friendships, one-night stands, and pharmaceuticals help him regain fleeting moments of normalcy, it’s in a dangerous love affair that his fate lies.
Menceritakan kehidupan Alexander Biden, seorang remaja yang baru saja masuk kuliah yang juga seorang tokoh sentral di keluarganya. Besar hanya dengan ibunya dan adiknya, Alex menjadi stereotype anak pertama yang tidak neko-neko, a peacemaker antara ibu dan adiknya yang cukup sering berselisih, role model bagi adiknya yang diceritakan masih SMP, dan someone to lean on oleh ibunya. Kehidupan sekolah Alex juga cukup memuaskan, Alex memiliki a long term girlfriend yang pada akhirnya mereka harus menjalani LDR karena pilihan kampus yang berbeda.
Alex diantar oleh ibu dan adiknya menuju asrama kampus, memiliki adegan perpisahan yang cukup mengharukan lalu berkenalan dengan teman sekamarnya. Nick dan Jose. Transisi Alex menjadi seorang mahasiswa berlangsung lancar, Alex tidak memiliki konflik dengan Nick dan Jose, pun dengan teman kuliah yang lain. Alex pun bertemu dengan Julia, yang diam-diam disukai Alex tapi yang terjadi adalah Alex sering make out dengan teman sekamar Julia. Lalu bagaimana dengan kekasih Alex yang LDR? Pada akhirnya mereka memutuskan berpisah. Oh ya, Alex pun dianggap sebagai mahasiswa berprestasi karena dia kemudian diajak untuk menjadi tutor bagi mahasiswa lainnya.
Alex yang dikisahkan memiliki anxiety yang cukup tinggi, mulai mengkonsumsi minuman keras dan obat-obatan karena terbawa pergaulan dengan Nick dan Jose. Alex bahkan pernah harus konseling karena petugas asrama menemukan banyak minum keras di kamar Alex. Di saat yang hampir bersamaan Alex pun dekat dengan dosennya, Sophia. Bahkan Alex memutuskan untuk tidak pulang ke rumah dan malah menginap di rumah Sophia saat kampus libur.
Lalu bagaimana akhirnya? Apakah Alex dan Sophia memiliki akhir yang bahagia? Well, silahkan baca kutipan di bawah, but beware it’s a spoiler.
Sophia menyadari bahwa hubungan mereka tidak bisa diteruskan dan memilih untuk mengakhiri hubungannya dengan Alex. Alex sempat tidak terima, apalagi setelah mengetahui bahwa salah satu faktor yang menyebabkan Sophia memutuskan berpisah dengan Alex adalah karena Julia menemui Sophia dan menceritakan bahwa Alex terlalu larut dengan dunia obat-obatan dan minuman dan menghindari teman-teman seusianya. Alex kemudian mencari pelampiasan ke obat terlarang dan hampir tanpa disadari Alex memilih bunuh diri dengan overdosis obat.
My Take
This book turns out to be heavy. Gaya penulisannya memang ringan, kita hanya akan diajak menyusuri kehidupan Alex, remaja berusia 18 tahun yang baru kuliah. Kita diajak untuk memahami semua kejadian melalui sudut pandang Alex. Lalu karena kita melihat semuanya dari kacamata Alex, kita tidak akan merasa berapa dalam Alex terjebak dalam konsumsi minuman keras dan obat terlarang.
Awalnya kita bisa lihat Alex sebagai remaja pria rumahan, lalu beranjak ke mulai coba-coba minum bir, liquor, cobain ganja, dan sederet obat terlarang. Impresi pertamanya ah ini sih paling coba-coba, apalagi Alex diceritakan masih beraktifitas dengan normal, mahasiswa pintar, aktif, masih naksir-naksiran sama Julia pula. Bahkan ketika Alex ketangkep razia, saya masih berpikir kalo bir yang ditemukan ya jumlahnya biasa-biasa aja, lagipula bir itu juga diminum sama 3 orang. Ngga ada bedanya sama kita kalo stok cemilan. Hanya Alex lagi apes aja.
(Baca juga: Review Buku American Gods)
Buku ini ringan dari awal sampe tengah. Yang bikin agak gregetan cuma cerita malu-malu kucing Alex vs Julia plus kok tiba-tiba Alex malah bobo bareng temennya Julia. Lha ini Alex gimana sih? Maunya apaaa?
Semua mulai terasa intens ketika karakter Sophia masuk dalam kehidupan Alex. Bukan hanya diperkenalkan sebagai dosen pendamping pas kegiatan kampus. Tapi pas Sophia mengundang Alex dan teman-temannya datang ke rumah dan Alex pulang paling akhir. The steamy affair was started. Seiring dengan itu, alcohol and drugs abusenya Alex juga makin terasa, apalagi pas Alex diputusin sama Sophia.
Saya suka sama alur dan ritme plot dari novel ini. I also love the unexpected ending. Cuma ada beberapa hal yang agak bikin bingung atau bikin gregetan
- Alex katanya datang dari keluarga yang biasa-biasa aja, malah agak susah, But how can he afford the booze, the drugs dan kegiatan kampus ke luar kota?
- Ngerti sih kalo Alex ditinggal Bapaknya dari kecil. Tapi kok ngga ada keterangan sih kenapa bapaknya ninggalin dan lalu tetiba muncul gitu aja di awal-awal novel. Konfliknya jadi gantung.
- Julia. Ngga ngerti banget sama Julia. Awal-awal tuh menjanjikan kedekatan tapi ternyata hanya memfriend zone, tapi pas Alex menghilang dari peredaran, dia yang khawatir juga. Etapi mungkin frustasi saya pada Julia karena saya ngeliat dari kacamata Alex yang dibikin pusing sama Julia juga.
- Sophia. Ugh, I can’t even. Ini Sophia kok bisa sih declaring love segitunya tapi ninggalin gitu aja. Kasian sama Alex dong, udah kasmaran tapi ditinggal. Dari awal hubungan Sophia dan Alex kan terlarang tuh, Sophia udah mature dan Alex masih remaja tanggung yang baru masuk kuliah. Ya mbok ya, Sophia sadar gitu dan jangan punya physical intimacy dulu, Nunggu Alex bentar lagi lulus bisa kali ya. Jadinya sih keliatan banget kalo Sophia ‘memangsa’ Alex.
All in all, sama seperti review saya di Netgalley yang juga autopublish di akun goodreads, This book is enjoyable.
See you on other post