Mengintip Taman Sari: Tempat Mandi Para Putri

Taman Sari

Nulis lagi soal pengalaman #roadtripjawatengah akhir tahun lalu yang belum selesai selesai nih. Heuheu. Seperti yang sudah saya tulis sebelumnya, saya dan keluarga sempat mampir ke Taman Sari. Tapi kami ngga lama-lama disana karena; Taman Sari lagi penuh, matahari yang terik dan cuaca yang lagi panas banget. Makanya cuma bisa liat kolam-kolam aja, padahal kan ada terowongan dan pertemuan 4 anak tangga di dalem yang instagram-able.

But well, meski dari kunjungan sekejap mata tentu ada dong yang bisa diceritakan. Kunjungan ke Taman Sari water castle ini memang unplanned karena awalnya mau wisata pantai. Tapi wisata pantai diundur jadi keesokan harinya. Akhirnya, sambil nunggu waktu makan siang, kami memutuskan pergi ke Taman Sari. Lokasinya gampang ditemukan, tapi jalannya ngga begitu gede. Jadi pas musim liburan kemarin, kami sempet macet-macetan pas mau masuk dan keluar kompleks Taman Sari.

Tempat parkir di dalam kompleks Taman Sari sendiri ngga terlalu besar. Mungkin hanya cukup untuk 50 mobil kecil aja. Jangan bandingin sama tempat parkir di Candi Prambanan atau Borobudur ya, itu mah jauh banget perbedaannya. Tapi enaknya tempat parkir di dalam kompleks adalah tempat parkirnya lumayan adem karena ada pohon.

Untuk bisa masuk ke Taman Sari kita wajib membeli tiket. Harganya murah, Rp. 5.000 untuk wisatawan domestik dan kalo ngga salah Rp. 3.000 untuk yang bawa kamera. Antrian beli tiketnya agak acak-acakan sih, tapi pelayanan dua petugas cepet kok, jadi meskipun lagi peak, ngantri tiket ga begitu lama.

Tiket di tangan, saatnya antri untuk masuk. Pas masuk cuma diperiksa tiket dan dikasih sobekan tiket aja. Lalu kita pun bebas untuk mengeksplorasi Taman Sari. Buat yang memang pengen tahu banyak soal Taman Sari, ada baiknya bayar tour guide. Tapi kemarin karena judulnya mampir, kita ngga pake Tour Guide. Informasi soal sejarah Taman Sari yang akan saya tulis dalam beberapa paragraf lagi saya dapat di Wikipedia.

Begitu masuk Taman Sari, kita akan disambut oleh kolam yang cukup besar, dikenal sebagai Danau Segaran. Lalu, saat masuk ke kiri melewati sebuah padepokan, ada kolam lagi saya curiga sih ini adalah kolam yang digunakan untuk pemandian karena ada tangga yang menjorok ke dalam kolam.

Tapi setelah baca baca dari berbagai sumber (read: numerous blogs), tiga-tiganya memang kolam pemandian. Danau Segaran atau 2 kolam yang menyambut pas kita masuk adalah tempat para putri, selir dan dayang-dayang mandi. Sedangkan satu kolam di belakang padepokan itu adalah tempat mandi khusus untuk sultan dan the chosen one.

Sejarah Dibalik Taman Sari

Dari wikipedia, Taman Sari ini dibangun sejak masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono I dan baru selesai pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono II. Pencetus ide pembuatan istana pemandian ini sendiri adalah Bupati Madiun yang menginginkan cara lain dalam membayar upeti. Sebetulnya sih area ini memang sudah dikenal sebagai area pemandian, Sumber Air Pacethokan sejak masa Amangkurat. Nah Bupati Madiun, Raden Rangga Prawirasentika, menjadi salah satu pemodal, tapi pimpinan proyeknya adalah Tumenggung Mangundipura. R.R Prawirasentika, yang ditunjuk untuk mengawasi pembuatan batu bata dan elemen lainnya, menyadari bahwa kompleks ini menjadi kompleks pemandian yang besar dengan pembiayaan yang lebih besar dari upeti yang diberikan, R.R Prawirasentika pun mengundurkan diri dan digantikan oleh Pangeran Natakusuma, putra ke 11 Sultan HB 1 yang di kemudian hari menjadi Gusti Pangeran Adipati Paku Alam.

Arsitek dari Taman Sari sendiri konon adalah Raden Tumenggung Mangundipura menurut Kitab Mamanan, bahkan yang bersangkutan melakukan studi banding terlebih dahulu ke Batavia alias Jakarta untuk mengetahui arsitektur Eropa. Dan itulah alasan kenapa desain bangunan Taman Sari ada unsur Eropa. I’m not architecture expert, tapi agak penasaran kenapa disebut ada rasa rasa Eropa. Setelah googling arsitektur Eropa dan lihat lagi foto Taman Sari mungkin karena design pintu yang melengkung seperti kubah.

Menyebut soal arsitek, ada legenda lain yang menyebutkan bahwa arsitek Taman Sari adalah Demang Tegis, orang Portugis yang terdampar di laut Selatan karena kapalnya karam. Klaim ini masih belum diketahui kebenarannya, tapi para ahli condong mempercayai jika arsitek Taman Sari memang orang lokal karena unsur Eropanya memang minimalis dibanding pengaruh Jawa.

Disebut pernah memiliki 59 area yang termasuk di dalamnya; Mesjid, Ruang Meditasi, Kolam Renang dan 18 Kolam Pemandian serta beberapa paviliun/padepokan, sekarang hanya menyisakan beberapa area saja. Selain karena sempat rusak karena peperangan, Taman Sari juga rusak karena gempa bumi tahun 1867. Restorasi baru dimulai tahun 1970 dan hanya bisa memulihkan area yang bisa kita kunjungi sekarang.

Taman Sari digunakan secara periodik saat masa Sultan HB I saja. Karena saat Sultan HB I wafat, agak sulit untuk mengurus komplek pemandian dengan sistem pengairan yang kompleks.

Pertemuan tangga bisa dilihat di area Sumur Gumuling, katanya memang cukup terpisah dari kolam pemandian dan ada pemeriksaan tiket lagi. Untuk masuk Sumur Gumuling, beberapa sumber menyebut harus melewati terowongan yang instagram-able.

Sumur Gumuling diyakini sebagai masjid di kompleks Taman Sari. Ditandai dengan adanya lekukan di dinding yang ditengarai sebagai mihrab dan satu kolam kecil untuk melakukan wudhu. Ini mengingatkan saya bahwa Kesultanan Jogja muncul dari pemekaran Kerajaan Mataram, kerajaan Islam besar di Jawa. Bahkan gelar saja sudah beraroma Arab. Ini gelar lengkap sultan HB I, Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Hamengku Buwana Senapati ing Alaga Abdur Rahman Sayidin Panatagama Kalifatullah.

Nama tersebut kira kira memiliki arti: Sultan adalah penguasa sah yang memiliki kewenangan untuk menentukan peperangan atau perdamaian dengan status panglima tertinggi saat perang, pun menjadi penata, pemuka dan pelindung agama serta merupakan wakil Allah di dunia. FYI, gelar sultan sekarang sih sudah diganti.

Kesan Terhadap Taman Sari

Tempat ini tentu saja dapat menjadi salah satu list tempat wisata yang wajib didatangi ketika mengunjungi Yogya. Waktu sekitar 1 jam sepertinya cukup untuk mengelilingi kompleks dan foto-foto. Jika menginginkan informasi lebih lengkap tentang sejarah Taman Sari maka jangan lupa menggunakan jasa tour guide.

Jangan lupa untuk baca post lain dalam seri #roadtripjawatengah ini ya.

Itinerary Road Trip Part 1

Itinerary Road Trip Part 2

Makan Sate Cempe Kapis 85 di Pekalongan

Semalam Di Sahid Mandarin Pekalongan

Kuliner di Magelang: Kupat Tahu Warung Pojok

Menginap di Grand Serela Yogyakarta

Main-main di Pantai Sandranan

Wisata ke Candi Prambanan

Cheers,

Sumber:

Historia.id, Asal Usul Gelar Khalifatullah di Kesultanan Yogya

Wikipedia, Taman Sari

  • March 17, 2018
  • 1